"Please don't call me arrogant, but I'm European champion and I think I'm a special one." Pernyataan Jose Mourinho ketika datang ke Chelsea pada 2004, setelah membawa FC Porto menjadi juara Liga Champion 2003/04, menjadi awal penobatan sang manajer dengan julukan The Special One.
Siapa pun pelatihnya, tak ada yang bisa membantah jika ia merasa spesial setelah membawa sebuah klub menjadi juara antarklub termahal di dunia. “The Champions League is the competition everyone wants to be in,” Steven Gerrard memberi gambaran betapa bernilai kompetisi yang pertama kali digelar pada 1955 itu. Apa lagi kalau bisa juara, semua menjadi spesial.
Liga Champion terasa spesial sebagai pentas antarklub terbaik di dunia berbanding lurus dengan perputaran uang yang bergelimang di ajang ini. Pendapatan UEFA dari Liga Champion pun terus meningkat dan imbasnya hadiah untuk peserta juga naik, setidaknya untuk tiga musim ke depan UEFA telah menetapkan kenaikan hadiah sebesar 15% .
Pemasukan UEFA pada tiga tahun ini dari hak siar dan sponsorship adalah 1,1 miliar euro atau sekitar 13,1 triliun rupiah setiap tahun. Nilai itu setara dengan dua kali lipat pendapatan negara kita dari gas bumi. Lebih dari 75% pendapatan tersebut akan dikembalikan kepada klub-klub peserta dan sekitar 200 juta euro setiap tahun dialokasikan untuk operasional dan bantuan solidaritas untuk negara-negara, liga, dan klub anggota UEFA.
Mulai musim depan Liga Champion akan meraup keuntungan hingga 1,25 miliar euro. Hal itu memungkinkan klub-klub elit mendapat tambahan anggaran sebagai efek dari aturan financial fair play yang akan diterapkan oleh UEFA. Badan sepak bola tertinggi di Eropa itu memiliki kekuatan untuk mengeluarkan klub dari kompetisi mulai musim 2014/15 jika sebuah klub rugi terus-menerus dengan overspending pada transfer dan penggajian pemain.
Untuk musim ini, 32 klub yang lolos ke putaran grup akan mendapat total 754,1 juta euro dengan distribusi 413 juta pengeluaran fix termasuk untuk hadiah dan 341,1 juta merupakan pengeluaran yang tergantung pada nilai komersial klub-klub peserta pada penjualan hak siar, serta posisi akhir klub di liga domestik pada musim sebelumnya.
Distribusi kepada 32 klub perhitungannya adalah setiap klub menerima bonus partisipasi sebesar 3,9 juta euro, ditambah bonus penampilan 550.000 per pertandingan di putaran grup. Untuk setiap kemenangan di fase grup dihargai 800.000 dan hasil imbang diberi 400.000 euro.
Selanjutnya 16 klub yang lolos ke fase knock out mendapat 3 juta euro, delapan klub perempat finalis diberi 3,3 juta, empat semifinalis 4,2 juta, kemudian tim juara 9 juta, serta runner-up sebesar 5,6 juta. Selain itu, UEFA juga mengalokasikan 55 juta yakni masing-masing 2,1 juta untuk 20 klub peserta babak play-off. Sebesar 69,9 juta lainnya diberikan sebagai solidaritas kepada asosiasi dan liga anggota UEFA.
Jadi, jika Chelsea, mencatat tiga kali menang dan dua seri di putaran grup, yang keluar sebagai juara di Fussball Arena, Sabtu (19/5), maka The Blues akan meraih 29,9 juta euro. Sebaliknya jika Bayern Muenchen, mencatat empat kemenangan dan sekali seri, yang sukses di depan publik sendiri, maka FC Hollywood akan mendapat 30,3 juta euro. Jumlah itu belum termasuk bayaran hak siar yang jumlah setiap klub bisa berbeda-beda.
Muenchen Juara, Bonus Melayang
Yang menarik, jika Muenchen keluar sebagai juara, maka bonus hasil jerih payah sebagai juara Liga Champion itu akan diberikan kepada Schalke dan Hoffenheim. Ketika Schalke menjual kiper Manuel Neuer ke Muenchen pada musim panas tahun lalu, Schalke memasukkan klausul kesuksesan di lapangan yakni mereka berhak mendapat bonus tunai berdasarkan kontribusi sang kiper.
Schalke telah mendapat 2 juta euro dari hasil Muenchen lolos ke semifinal dan mereka akan mendapat lagi 4 juta jika Bayern meraih gelar juara. Hoffenheim meraih bonus serupa meski nilanya lebih kecil dari transaksi penjualan Luiz Gustavo pada Januari 2011. Hoffenheim telah menerima bonus 1 juta euro dari pencapaian Muenchen ke semifinal dan akan mendapat lagi 2 juta jika Muenchen bisa juara Liga Champion.
Artinya, jika juara Muenchen total harus mengeluarkan 9 juta euro untuk Schalke dan Hoffenheim. Tapi, jika Muenchen hanya menjadi runner-up, maka uang 5,6 juta euro bonus dari UEFA, malah tetap menjadi milik Muenchen. Apakah itu akan mempengaruhi Muenchen untuk mengalahkan Chelsea? Rasanya tidak akan seperti itu, tapi klausul kontrak itu pasti menyesakkan kubu Muenchen, termasuk mungkin saja para pemain yang memeras keringat di lapangan.
Menyangkut dua klub yang akan tampil di Fussball Arena, saya kebetulan pernah beberapa kali melihat penampilan langsung mereka baik di berbagai ajang resmi, maupun saat latihan di markas masing-masing, Cobham Training Centre dan Saebener Strasse.
Cobham Training Centre terletak di Stoke d'Abernon, daerah perbukitan di dekat Cobham, Surrey, yang berjarak 32 km ke arah barat daya kota London. Setelah membeli Chelsea, Roman Abramovich juga membeli Cobham Training Centre dan merenovasinya dengan biaya 20 juta pound menjadi tempat latihan yang sangat modern termasuk fasilitas 30 lapangan sepak bola yang 6 di antaranya adalah standar Premier League. Saya pertama kali datang ke tempat ini bersama Rob Maul, kontributor BOLA di London dan sempat mewawancari pemain-pemain Chelsea termasuk John Terry dan Frank Lampard.
Sedangkan Saebener Strasse atau Jalan Saebener, tepatnya nomor 51, terletak di selatan kota Muenchen. Tempat tersebut tidak terlalu besar jika dilihat dari depan, tetapi sangat besar ketika sudah masuk ke dalam komplek latihan. Di tempat ini saya bertemu seorang teman, Hermann Suwija, cameraman televisi Jerman yang menikahi wanita asal Indonesia. Di sini pula mewawancari beberapa pemain Muenchen, termasuk legenda hidup Muenchen, Lothar Matthaeus.
Di dua training camp tersebut, Roberto Di Matteo dan Juup Heynckes meramu strategi untuk ditampilkan di Fussball Arena. Siapa pun pemenangnya, mereka akan merasa sangat spesial. Bagi Chelsea, ini adalag gelar pertama Liga Champion sepanjang sejarah. Sebelumnya The Blues lolos ke final pada 2007/08, tetapi kalah sial lewat adu penalti dari Manchester United.
Bagi Muenchen, ini adalah penampilan ke-8 di final Liga Champion dengan hasil empat kali juara pada 1974, 1975, 1976, dan 2001. Sedangkan gagal di final dan harus puas menjadi runner-up dirasakan Fc Hollywood pada 1982, 1987, 1999, dan 2010. Namun, dari delapan penampilan di final itu belum pernah terjadi di tempat sendiri. Kini final akan digelar di Fussball Arena, kandang Muenchen, sehingga tentu pesta akan terasa sangat spesial jika FC Hollywood yang keluar menjadi juara, sekaligus mencatatankan diri sebagai klub ketiga yang bisa juara di stadion sendiri setelah Real Madrid pada 1957 dan Internazionale pada 1965.
Akankah sejarah 47 tahun berulang meski harus hadiah harus dibayarkan kepada Schalke dan Hoffenheim? Ataukah juara baru lahir setelah terakhir kali pada 15 tahun lalu lahir juara baru atas nama Borussia Dortmund pada 1997? Menarik ditunggu bukan? Kita, sebagai penonton, pun akan merasa spesial menjadi saksi dari sejarah itu, siapa pun pemenangnya.
Siapa pun pelatihnya, tak ada yang bisa membantah jika ia merasa spesial setelah membawa sebuah klub menjadi juara antarklub termahal di dunia. “The Champions League is the competition everyone wants to be in,” Steven Gerrard memberi gambaran betapa bernilai kompetisi yang pertama kali digelar pada 1955 itu. Apa lagi kalau bisa juara, semua menjadi spesial.
Liga Champion terasa spesial sebagai pentas antarklub terbaik di dunia berbanding lurus dengan perputaran uang yang bergelimang di ajang ini. Pendapatan UEFA dari Liga Champion pun terus meningkat dan imbasnya hadiah untuk peserta juga naik, setidaknya untuk tiga musim ke depan UEFA telah menetapkan kenaikan hadiah sebesar 15% .
Pemasukan UEFA pada tiga tahun ini dari hak siar dan sponsorship adalah 1,1 miliar euro atau sekitar 13,1 triliun rupiah setiap tahun. Nilai itu setara dengan dua kali lipat pendapatan negara kita dari gas bumi. Lebih dari 75% pendapatan tersebut akan dikembalikan kepada klub-klub peserta dan sekitar 200 juta euro setiap tahun dialokasikan untuk operasional dan bantuan solidaritas untuk negara-negara, liga, dan klub anggota UEFA.
Mulai musim depan Liga Champion akan meraup keuntungan hingga 1,25 miliar euro. Hal itu memungkinkan klub-klub elit mendapat tambahan anggaran sebagai efek dari aturan financial fair play yang akan diterapkan oleh UEFA. Badan sepak bola tertinggi di Eropa itu memiliki kekuatan untuk mengeluarkan klub dari kompetisi mulai musim 2014/15 jika sebuah klub rugi terus-menerus dengan overspending pada transfer dan penggajian pemain.
Untuk musim ini, 32 klub yang lolos ke putaran grup akan mendapat total 754,1 juta euro dengan distribusi 413 juta pengeluaran fix termasuk untuk hadiah dan 341,1 juta merupakan pengeluaran yang tergantung pada nilai komersial klub-klub peserta pada penjualan hak siar, serta posisi akhir klub di liga domestik pada musim sebelumnya.
Distribusi kepada 32 klub perhitungannya adalah setiap klub menerima bonus partisipasi sebesar 3,9 juta euro, ditambah bonus penampilan 550.000 per pertandingan di putaran grup. Untuk setiap kemenangan di fase grup dihargai 800.000 dan hasil imbang diberi 400.000 euro.
Selanjutnya 16 klub yang lolos ke fase knock out mendapat 3 juta euro, delapan klub perempat finalis diberi 3,3 juta, empat semifinalis 4,2 juta, kemudian tim juara 9 juta, serta runner-up sebesar 5,6 juta. Selain itu, UEFA juga mengalokasikan 55 juta yakni masing-masing 2,1 juta untuk 20 klub peserta babak play-off. Sebesar 69,9 juta lainnya diberikan sebagai solidaritas kepada asosiasi dan liga anggota UEFA.
Jadi, jika Chelsea, mencatat tiga kali menang dan dua seri di putaran grup, yang keluar sebagai juara di Fussball Arena, Sabtu (19/5), maka The Blues akan meraih 29,9 juta euro. Sebaliknya jika Bayern Muenchen, mencatat empat kemenangan dan sekali seri, yang sukses di depan publik sendiri, maka FC Hollywood akan mendapat 30,3 juta euro. Jumlah itu belum termasuk bayaran hak siar yang jumlah setiap klub bisa berbeda-beda.
Muenchen Juara, Bonus Melayang
Yang menarik, jika Muenchen keluar sebagai juara, maka bonus hasil jerih payah sebagai juara Liga Champion itu akan diberikan kepada Schalke dan Hoffenheim. Ketika Schalke menjual kiper Manuel Neuer ke Muenchen pada musim panas tahun lalu, Schalke memasukkan klausul kesuksesan di lapangan yakni mereka berhak mendapat bonus tunai berdasarkan kontribusi sang kiper.
Schalke telah mendapat 2 juta euro dari hasil Muenchen lolos ke semifinal dan mereka akan mendapat lagi 4 juta jika Bayern meraih gelar juara. Hoffenheim meraih bonus serupa meski nilanya lebih kecil dari transaksi penjualan Luiz Gustavo pada Januari 2011. Hoffenheim telah menerima bonus 1 juta euro dari pencapaian Muenchen ke semifinal dan akan mendapat lagi 2 juta jika Muenchen bisa juara Liga Champion.
Artinya, jika juara Muenchen total harus mengeluarkan 9 juta euro untuk Schalke dan Hoffenheim. Tapi, jika Muenchen hanya menjadi runner-up, maka uang 5,6 juta euro bonus dari UEFA, malah tetap menjadi milik Muenchen. Apakah itu akan mempengaruhi Muenchen untuk mengalahkan Chelsea? Rasanya tidak akan seperti itu, tapi klausul kontrak itu pasti menyesakkan kubu Muenchen, termasuk mungkin saja para pemain yang memeras keringat di lapangan.
Menyangkut dua klub yang akan tampil di Fussball Arena, saya kebetulan pernah beberapa kali melihat penampilan langsung mereka baik di berbagai ajang resmi, maupun saat latihan di markas masing-masing, Cobham Training Centre dan Saebener Strasse.
Cobham Training Centre terletak di Stoke d'Abernon, daerah perbukitan di dekat Cobham, Surrey, yang berjarak 32 km ke arah barat daya kota London. Setelah membeli Chelsea, Roman Abramovich juga membeli Cobham Training Centre dan merenovasinya dengan biaya 20 juta pound menjadi tempat latihan yang sangat modern termasuk fasilitas 30 lapangan sepak bola yang 6 di antaranya adalah standar Premier League. Saya pertama kali datang ke tempat ini bersama Rob Maul, kontributor BOLA di London dan sempat mewawancari pemain-pemain Chelsea termasuk John Terry dan Frank Lampard.
Sedangkan Saebener Strasse atau Jalan Saebener, tepatnya nomor 51, terletak di selatan kota Muenchen. Tempat tersebut tidak terlalu besar jika dilihat dari depan, tetapi sangat besar ketika sudah masuk ke dalam komplek latihan. Di tempat ini saya bertemu seorang teman, Hermann Suwija, cameraman televisi Jerman yang menikahi wanita asal Indonesia. Di sini pula mewawancari beberapa pemain Muenchen, termasuk legenda hidup Muenchen, Lothar Matthaeus.
Di dua training camp tersebut, Roberto Di Matteo dan Juup Heynckes meramu strategi untuk ditampilkan di Fussball Arena. Siapa pun pemenangnya, mereka akan merasa sangat spesial. Bagi Chelsea, ini adalag gelar pertama Liga Champion sepanjang sejarah. Sebelumnya The Blues lolos ke final pada 2007/08, tetapi kalah sial lewat adu penalti dari Manchester United.
Bagi Muenchen, ini adalah penampilan ke-8 di final Liga Champion dengan hasil empat kali juara pada 1974, 1975, 1976, dan 2001. Sedangkan gagal di final dan harus puas menjadi runner-up dirasakan Fc Hollywood pada 1982, 1987, 1999, dan 2010. Namun, dari delapan penampilan di final itu belum pernah terjadi di tempat sendiri. Kini final akan digelar di Fussball Arena, kandang Muenchen, sehingga tentu pesta akan terasa sangat spesial jika FC Hollywood yang keluar menjadi juara, sekaligus mencatatankan diri sebagai klub ketiga yang bisa juara di stadion sendiri setelah Real Madrid pada 1957 dan Internazionale pada 1965.
Akankah sejarah 47 tahun berulang meski harus hadiah harus dibayarkan kepada Schalke dan Hoffenheim? Ataukah juara baru lahir setelah terakhir kali pada 15 tahun lalu lahir juara baru atas nama Borussia Dortmund pada 1997? Menarik ditunggu bukan? Kita, sebagai penonton, pun akan merasa spesial menjadi saksi dari sejarah itu, siapa pun pemenangnya.
No comments:
Post a Comment
Beri Komentar | Masukan | ataupun Pendapatmu jika ada..
Give your commentary | Entry | or maybe your opinion..
#KTBFFH #UpOurChels